Sabtu, 31 Oktober 2015

Putri Wajo : "Freedom"

Putri Wajo (dua dari Kana) saat Nongkrong di Losari
"Sampai hari ini Pukul 23,45 WITA Gak, tapi justru saya lebih enjoy. Dan saya suka Kemerdekaan (Freedom) mecintai kebebasan banyak sekarang, "kata Putri Wajo dalam pesan Blackberry Masanger (BBM) jumat (30/1). Kata-kata itu seaakan ada didalam jiwa ini yang bertahun-tahun tak pernah aku ungkapkan. Kemerdekaan memang menjadi tujuan beberapa orang yang merasa tertekan oleh fenomena kehidupan ini.
 Tak tau lagi apa yang akan dikatakan, semua yang ada dihati ini seakan terwakili oleh ucapan dia (Lina Arsyad). Saya sebagai jurnalis bisa dibilang masing kacangan merasakan hal itu, setiap kali bertemu seseorang yang seolah itu menjadi teman hidupku seketika hilang oleh aturan yang menuntut hingga diatara pertemuan tidak bertemu adanya kecocokan.
 Indah ketika nada nyanyian dikala kami bersama menyayikan lagu kala itu seakan tak percaya saat memohon dalam setiap nyayian kepada yang memiliki bumi untuk dipersatukan nantinya. Tapi entahlah, yang pasti waktu akan menjawab semuanya, meski saat ini tiap detik, jam, hingga hari berfikir untuk bisa mendampingi putri ini, apalah daya jika yang memiliki alam ini tidak mengizinkan. Usaha dan tekad bulat akan kutamankan dalam niat agar usaha yang dilakukan tidak sia-sia.
 Jalan hidup memang sudah ada yang mengatur, jika ini pilihan yang baik akan kulaksanakan dengan baik dan rapi. Ragu memang saat aku menulis di blog ini, namun nyatanya bimbang dan ragu hilang ketika tulisan ini sudah dilaksanakan. "Aku mencintai kemerdekaan, menyukai kesederhanaan dan mengagumi keccerdasan,"katanya. Membacanya juga membuat saya berfikir dia adalah perempuan yang berbeda dimata saya yang ada dimuka bumi ini.
 Kuat, cerdas dan bertanggungjawab memang perbuatan yang sulit memang dilakukan oleh orang saat ini. Menyatukan kata-kata lebih gampang daripada mempraktikan. Dikeheningan malam aku berdoa bahwa pertemuan ini bukan kebetulan belaka, tuhan merencakan lain tentang apa yang kita tidak ketahui. Sebesar harapan sebesar kemampuan akan kucoba pertahankan, apa yang menjadi takdirku dan miliku akan kupertahankan dan kuperjuangkan karena itu adalah hal yang terindah jika apa yang diperjuangkan bisa membuahkan hasil yang sepadan.
 "sulit dan rumit bagian dinamika hidup", perjalanan yang liku hidup ini memang akan membawa kepada kita sadar bahwa jarak dan ruang yang tadinya tertutup bisa berubah 90 derajat. Apa yang kita nilai tidak mungkin bisa menjadi mungkin, sesuatu yang mungkin terjadi akan kalah rasa indahnya ketika sesuatu yang tidak mungkin menjadi kenyataan. Bimbang terkadang hadir, tapi rasanya akan hilang jika waktu menentukan.
 Walau berat, namun sejujurnya kurasakan ini akan ringan dan sangat ringan jika kita percaya bahwa allah berada disisi kita untuk menjadi sutadara kehidupan. "Sudah mau low ini hp listrik belum menyala" itulah kata yang terahir diBBM. Memang bukan yang terahir namun yang pertama kali kita berinteraksi dengan hangat. Ahirkata ini adalah sesuatu yang tak pernah aku duga sebelumnya hingga batin dan nurani ini serasa yakin dari sebelumnya. Pada ahirnya waktu juga yang akan bertindak.

Kamis, 15 Oktober 2015

Negeri Gajah Nan Megah



01 Juni 2015 adalah hari dimana pertama kali saya mengijakan kaki dan badan ini ke Negeri Gajah Thailand. Berangkat dari Bandara Soekarno Hatta sekira pukul 12,00 WIB bersama rombongan dengan mengunakan thai airlines dan tiba di Bandar Udara Suvarnabhumi Bangkok Sekira pukul 15,00 WIB. Dan teryata perjalanan kami masih belum beres hari itu, karena menurut jadwal harus satu kali lagi menggunakan pesawat menuju daerah Chiang Mai (daerah utara Thailand red). Setelah menunggu pesawat sekira satu jam kami ahirnya melakukan perjalanan dari Bandar Udara Suvarnabhumi ke bandar udara Chiang Mai Internatioan Airport (CNX) pada pukul 16,00 waktu setempat (gak tau WIB soalnya disana kan Thailand).
 Setelah melakukan perjalanan satu jam pakai pesawat ahirnya kami menduduki sebuah hotel berbintang III (lupa nama hotelnya) tepat sekira pukul 20,00 waktu setempat. Dipagi hari tanggal 02 JUni kami mulai melakukan aktifitas seperti orang normal (lupa kalau kemarin juga normal). Di Chiang Mai kami melakukan ke daerah Bansa Lampang (kalau di Indonesia Provinsi mungkin) untuk berkunjung dengan ditemani sahabat orang asli Thailand. Setelah kami melakukan aktifitas kami dibawa kepenginapan yang jelas gak berbintang untuk sekedar melepas penat.
 Pada tanggal 03 Juni kami masih berkunjung di Chiang Mai dengan mendatangi Musium terkenal di Chiang Mai Paradise Chiang Mai. Setelah dirasa cukup kami langsung bergerak ke sebuah perbelanjaan yang ada di dekat bandar Udara Chiang Mai tujuannya macem-macem ada yang alasan sambil menunggu pesawat ada sekedar berbelanja dan lain-lain, soalnya pesawat kami untuk kembali ke Bandar Udara Suvarnabhumi Bangkok waktunya masih lama kalau kagak salah pukul 17,30 waktu setempat.
 Ada yang unik di pusat perbelanjaan di Chiang Mai selain harganya murah meriah dari pada di Bangkok dipusat perbelanjaan ini juga saya dan teman sekaligus guru (sebutin gak, ya udah sebutin dech. Namanya Rayadie tepatnya Akhmad Rayadie dari Jurnalis Pikiran Rakyat (PR) yang ikut kami) hampir ketinggal rombongan soalnya kami terlalu larut bejalan-jalan dipusat perbelanjaan terbesar di Chiang Mai. Mulai dari belaja Tas, krudung buat mamaku tercinta, baju dan asesoris itu yang membuat saya terlena.
 Untung saja pak Rayadie melakukan trik untuk kembali ketempat asal, triknya menayakan kepada orang asing yang gak pernah nyambung bahasanya sama sekali dengan menujukan barang asesoris (lucu sih tapi itu ilmu buat kalian yang kesasar di dalem pusat perbelanjaan jika pening heheh). Setelah lama mencari tempat asal ahirnya kami putuskan untuk keluar gedung itu dan melihat-lihat alhasil kami ketemu dengan rombongan lainnya.
 Pukul 16,00 waktu setempat sudah dekat, rombongan sudah berkumpul kemudian kami langsung lanjut masuk kebandara Chiang Mai menuju Bangkok. Setelah menempuh perjalanan satu jam kami ahirnya sampai di bangkok dan langsung menuju hotel berbitang V sekaligus yang bernama Pathumwan Princes Hotel. malam itu saya tidur dihotel yang kata orang hotel termahal di Thailand dengan tarif 20,000 Bath atau setara Rp4juta Semalam (deuhh gak tau benar atau tidak angkanya heheh).
 Pada tanggal 04 Juni 2015 kami langsung dibawa ke daaerah Khawong Saraburi Thailand barat untuk melakukan aktifitas. Disana kami dibawa kesebuah tempat yang indah (tapi lebih indah Lampung Indonesia sih wkwkwk) ya tempat Gajah-gajah melakukan kegiatan. Berbagai kegiatan disana kami lakukan dengan suka cita soalnya panas terasa menyengat. Usai lelah kami dibawa ke sebuah penginapan yang sederhana dan disana tidur santai sampai pagi.
 Pagi tanggal 05 Juni kami langsung bergegas ke Kota Bangkok kembali 08,00 waktu setempat, setelah melakukan perjalanan darat selama dua jam ahirnya kami tiba ditempat tujuan, langsung saja melakukan aktifitas seperti biasa dan berujung ke Hotel berintang yang pas tanggal 03 didatangi. Tau waktu itu waktu terahir rekan kami orang Thailand mengajak kami ke sebuah tempat makan diner yang special sekali, gak tau tempatnya apa yang pasti kami makan aja diatas perahu pery pada saat senja dengan menyusuri sungai besar. Setelah dirasa cukup ahirnya kami lelah juga dan kembali kehotel untuk terahir kalinya karena besok pagi pake banget kami diusir (abis waktu kerjanya) balik lagi ke Indonesia Raya Negeri Tercinta pokoknya. Kerena sadar waktu malam itu malam terahir kami di Thailand kami langsung melakukan belanja ke tempat perbelanjaan yang lokasinya berdekatan dengan hotel Princes saking berdekatan hotel dan pusat perbelanjaan sangat dekat. Disana kami kembali mengubek ngubek pusat perjelanjaan dengan sekuat hati untuk oleh oleh untuk orang tanah air. Setelah cukup kami ahirny kembali ke hotel yang kucinya pake kartu ajaib (padahal sama aja di Bandung juga ada wkwkwk). Pagi tepat pukul 05,00 WIB kami langsung cabut ke Bandara Suvarnabhumi dan terbang ke Indonesia lagi. (Udah dulu dech sebenarnya banyak cerita detailnya tapi keburu malas ngetiknya, ini juga dibikin pada bulan 16 Oktober 2015 jadi yang detailnya sudah lupa heheh). Eh lupa dari tadi saya gak perkenalkan diri nama saya Handi Salam, kesana (Bangkok) atas dasar undangan dari Semen Jawa atau SCG. Makanya saya akan ucapkan terima kasih kepada pihak SCG yang sudah menggangap kami seorang tamu negara, terima kasih juga kepada General Manajer saya Untung Bachtiar, SE teman teman sekantor dan semua yang mendukung saya. khusunya kepada dokter saya dech yang ngasih obat selama saya disana.

Minggu, 02 November 2014

Selayang Padang Yang Terkenan

Pisces dan Scorpion
"WOI JPNN Toh ! hebat sekali ya ?, Ini Siapa ? Handi !, Handi Mana ? Cie elah anak Radar ini, Oh kang handi maaf ya maaf". Tersadar ketika itu adalah awal dimana tulisan ini menjadi kewajiban yang mesti dikerjakan hingga tercipta kata-kata yang mungkin menjadi selayang pandang untuk dikenang (harapan sih). Tak perlu tau alasan pasti yang jelas ini tulisan di buat  dengan waktu yang cukup singkat, namun tanpa mengurangi waktu (49 hari 15 jam 14 menit 34 detik yang sudah dijalani pengarang cerita ini bersama pembaca tunggal).
  Awalnya aku tak tahu memulai dari mana, ditanganku luka, dibatinku duka, mecari-cari apa yang kucari, menunggu apa yang ditunggu yang pasti aku merasa dikejar waktu. Dari mana datang, sementara aku tak mendengar langkahmu, namun dengan perlahan bangunkan langkahku.
  Dengan rasa yang cukup asem, manis dan asin memang secara singkat dirasakan. Entah apa yang ada dipikiran saat ini, namun lagi-lagi kata-kata (dari A sampai Z) ini menjadi teman dan mungkin kabel penghubung untuk mengaliri aliran yang terputus oleh hambatan yang temaram namun terpatri didalam sanubari yang terkonminasi oleh sensasi dan ilusi hati.
  Jangan menanyakan hurup ini tersusun menjadi kata, jangan tanyakan kata ini menjadi kalimat, dan jangan pula tanyakan kalimat ini bermakna, soalnya tulisan ini mengalir diatara syaraf yang patsun terhadap otak dibantu darah, dan organ tubuh yang bekerja sama hinga menjadi suatu bahasa yang mungkin diharapkan untuk dikenang (maksa sedikit).
  Diatas bumi ini bermacam-macam warna, bermacam-macam cara dan bermacam pula isi yang ada. Tapi semua itu menjadi satu tujuan ketika bertemu di satu titik dimana perbedaan yang sulit disatukan perlahan tersungkur dilobang yang semestinya terjadi tanpa campur tangan Doryodana (tokoh Wayang, kalau penasaran buka Google aja),
  Pemberontakan kucing hitam (Lirik Lagu Iwan fals dengan judul "Coretan Dingding") adalah suatu kegelisahan hati manusia untuk muncul ke permukaan semata untuk melawan hati yang ragu dengan hati yang mulai masuk kedalam dunia basi. Pasrah, namun bergerak dengan perlahan tanpa gusar itu adalah hal yang signifikan dilakukan untuk memaksa belajar tiap detik kepada udara yang tak lebih dan kurang, namun cukup untuk bernafas.
  Temanku adalah kuda coklatku, kuda coklatku temani diperjalan (Masih lirik Iwan Fals dengan Judul "kuda Coklatku"), yang seakan mulai lusuh. Semangat datang ketika ada secerca harapan yang mungkin bias adanya memaksa untuk melamun hinga diatas awan hinga tak lupa lagi daratan. Sia-sia yang dilakukan, entahlah. Tapi dimalam panjang (tulisan ini dibuat pada malam minggu) membuat benar adanya hingga lupa damai untuk pergi taman kapuk sirna (terlelap sejenak untuk bangun) karena kewajiban yang memang jadi syarat.
  Gerak-gerik nampaknya tak mesti dilihat mata, kenyakinan tak harus ditanyakan gamblang dan kejujuran tak meski diperdebatkan panjang, namun dilakukan. Tak peduli berusaha lagi, samar-samar ku tatap mata yang terpancar tajam mencoba menusuk hati yang bosan dengan kepalsuan.
 Cerita keindahan dunia bisa hancur seketika, jalan yang panjang bisa hilang seketika saat imaji datang menyerang tanpa ampun, tak mengurangi makna yang ada saat semua itu berjalan mengalir seperti rintikan hujan yang dinantikan kaum Bedewi (Suku arab, kalau penasaran juga buka lagi google), meski kuat tanpa tandingan, namun membutuhkan asupan air yang membantu kekuatan itu abadi terpajang di raga.
  Tatapan yang kosong, adalah balada manusia yang sedang mencari makna sebenarnya. Meski harapan itu terkadang tak seperti yang sesuai, namun dikelopak mata yang tajam tersimpan kekuatan yang bisa menghacurkan ketidakpastian. Tak mudah pastinya untuk mengatur bintang yang berputar di langit hingga menimbulkan rasi bintang yang bermakna. Namun, kenyakinan ini memaksa untuk belajar dan terus belajar akan makna rasi bintang yang indah.
  Orang pinggiran memang jadi berharga ketika dijadikan sumber pembeda bagi kaum dermawan dan kaum arogan. Tak ada kata yang bisa dipercaya, tak ada lingkaran yang terputus dan tak ada tangisan tanpa tertawa. Saat menatap langit, rasa itu ada namun tersamar dengan keraguan yang seharusnya dinyakinkan oleh kebersamaan.
  Bagaima cara membuatmu bahagia, nyaris ku meyerah jalani semua, telah berbagai kata ku ungkap percuma (lirik lagu Geisha dengan judul "cinta dan Benci" hasil kiriman pembaca tunggal), membuat sempat terbesit untuk maknai semua, namun gagal ketika semua terbawa alur cerita yang berliku. Saat ini, jelas terlamun bahwa kemungkinan untuk bahagia itu sirna, ketika hal yang tak bisa dilakukan dengan berbagai alasan itu tak terlaksana.
  Orang dalam kaca jangan diam saja, jawab aku walau sekata saat ini aku resah, bisikan yang kamu tahu hidup didalam shorga (Lirik lagu god bless dengan judul "orang dalam kaca"), bagi udara yang saat ini dingin sangat bermakna dirasakan bahwa adakalanya diam itu indah disaat waktunya. Namun itu sirna ketika Gayatri Wailissa (gadis Ambon yang kuasai 16 Bahasa Asing dan Daerah Indonesia) hadir dalam waktu tak kurang 50 hari saat tulisan ini dibaca oleh pembaca tunggal.
  Meski itu hanyalan bahasa ambigu tak beraturan, semoga tulisan ini bisa menjadi harapan tanpa henti ciptakan damai sepanjang perangkai kata rasakan udara. Bagai Adam Melihat kemulusan sang Shorga, Kekasihku aku Terserang Birahi (lirik Lagu Toni Q rastafara feat Athotlobot dengan judul "Surat Untuk Anak Kandung" kalau didengerin bisa buat nyaman dech), lantunan kata tak bermakna tanpa pembaca dan pendengar begitupula dengan jiwa yang terserang kesunyian.
  Burung-burung merpati menebarkan melati (masih lirik Iwan Fals dengan judul "Untuk Bram" dari album Cikal cocok banget bagi para jurnalistik lagunya), apakah ketika semua ini terjadi saat dimana kita (penulis dan pembaca tunggal) alami masih tetap seperti seharusnya, ataukah berlalu begitu saja tanpa ada ahir dan awal.
  Sadar memang kata ini tak mudah dicerna, tapi kenyakinan ini mengarah bisa. Tuhan adakah kau murung ketika melihat wajah berkabung disela hati yang menginginkan tamatkan dengan kemanjaan. Bijaksana dan ketegasan itu jelas adanya, meski berat beban maknai kemarahan atau ketegasan tapi ketulusan lusuhkan rintihan luka.
  Meski ini hanya cerita rintihan, tak membuat makna sebenarnya sirna. Karena sadar pembaca tunggal akan bisa mencerna dengan lugas tanpa pragmatis. Jauh kau pergi tinggalkan diriku, sepi hati ini membunuhku, ku coba untuk cari penggantimu, namun tak ada yang sepertimu (lirik lagu Dadali dengan judul "Disaat Sendiri" Masih dari pemberian pembaca tunggal juga sich), ada apakah ketika semua anggap tak mungkin terjadi bisa mungkin.
  Menimbang masa depan dengan gamah, membuat hati ini tak tenang hinga ketakutan itu mampir dalam sanubari. Berlindung kepada tuhan, berilah kemudahan dan jauhkan dari masa yang kelam. Hanya pada tuhan penulis memohon yang memiliki maha segala maha dan sumber dari segala sumber. Ya tuhan kabulkan doa kami, bila ini jalannya.
  Tujuan bukan utama, yang utama adalah prosesnya. Sadar betul yang didapat penulis bahwa cerita ini akan menjadi makna ketika satu persatu dimaknai dengan gamblang. Ada benar nasehat orang suci, memberi itu terangkan hati, seperti matahari yang menyinari bumi. Harta dunia jadi penggoda membuat miskin jiwa yang kosong, kisah yang dilewati tak penting disoroti karena itu tak membuat kembali, diam seperti badut lalu diam dan ahirnya pergi tanpa mimpi.
  Surya mulai bersinar waktu berjalan dengan cepatnya, sementara mimpi baru akan dimulai ketika semua sehati untuk berjanji tak saling memaki saat rasa dengki merasuki. Tak perlu tahu bagaimana cara binatang cari makanan dengan halalkan segala cara, jelas itu alam yang mengatur dan itu sah terjadi, beda cerita ketika manusia seperti binatang akan bisa kejam dari rajanya binatang. Itulah yang dipelajari akan nilai dan harga kehidupan yang bermacam-macam.
  Mungkin kewajiban ini sudah dijalani, semoga ini menjadi makna yang terus digali untuk diteliti satu demi satu kalimat. Meski hanya tulisan diatas awan, tapi ini awal ataupun ahir dari semua yang terbelenggu. Suara alam ini hangatkan jiwa ini, Sementara sinar surya pelahan tenggelam, hatiku damai jiwaku tentram (lirik terahir masih dari lagu Iwan Fals dengan judul "Kemesraan"), ada dan tiada seyuman saat pembaca tunggal baca tulisan ini dan ataupun kemarahan yang dirasa tak menjadi apa-apa, karena tulisan ini tercipta dari bantuan semua dukungan dari sepuluh jari dan otak yang sudah mulai lemas (Pukul 03,00 WIB 2 November 2014).
  Tak terdengar tangis ataupun tawa, tetapi waktu terus bergulir semua meski terjadi, daun daun berguguran tunas-tunas muda bersemi. Dengan bacaan hamdalah (Alhamdulilah) tulisan ini selesai tanpa sadar.









Handi Salam
 
     
  
 

Kamis, 23 Oktober 2014

Semula Anggap HIV/AIDS Musuh Menakutkan




Temaram Hilang, Ketika Cinta Tumbuh


Siapa yang tidak merasa terpukul ketika vonis dokter terdengar ditelinga bahwa saudara positif  mengidap HIV/AIDS, seketika kehidupan menjadi temaram, (remang-remang red) asa yang dulu ada perlahan hilang, harapan yang bergelora perlahan sirna didalam jiwa yang tersungkur oleh vonis penyakit mematikan. Hal itu lah yang dirasakan oleh salah seorang penderita HIV/AIDS saat pertama dirinya mengetahui mengidap penyakit mematikan itu.

Handi Salam, Sukabumi


Sepintas tidak ada berbeda yang terlihat dari sosok pria gemulai dalam menjalankan hidupnya sehari-hari, semua terlihat seperti  tidak memiliki masalah apapun. Sebut saja Jono (bukan nama sebenarnya), meski hidupnya penuh dengan rasa ketakutan terhadap penyakit menyerang dengan tiba-tiba, namun dirinya tetap ceria menjalankan hidup seperti biasanya dan bahkan lebih bersemangat.
  Berdasarkan penuturan Jono kepada Radar Sukabumi, kejadian mengerikan tersebut terjadi setelah pacar dirinya menyarankan untuk ikut test HIV/AIDS di klinik kesehatan, meski dirinya tidak menyangka akan terjangkit penyakit ini, namun atas dasar cinta ahirnya dirinya memberanikan diri. Benar saja test tersebut membuat dirinya terpukul dan bertanya-tanya kenapa harus dirinya mengidap penyakit mematikan itu.
  "Dosa apa yang sudah aku perbuat hingga aku harus mengalami hal seburuk ini, aku tak rela menerima penyakit HIV/AIDS yang mematikan, "ujar Joni kepada Radar Sukabumi beberapa waktu lalu.
  Saat itu dirinya juga rasa kemarahan dan ketakutan bercampur, bahkan berpikiran hidup dirinya tidak lama lagi. Derita ini juga membuat dirinya enggan bekerja dan tak mau bertemu dengan orang lain. Kejadian ini bak seperti terjatuh dari tangga dan tertimpa tangga pula, apalagi setelah hubungan dengan pacar dirinya mulai berantakan setelah dirinya diketahui mengidap HIV/AIDS.
  "Mulanya aku menyalahkan dia (pacarnya red) dan orang terdekat lainnya ikut aku salahkan, dan bahkan saudaraku yang tinggal di luar negripun ikut aku salahkan, "jelasnya.
  Setelah aku lelah menyalahkan orang ahirnya dirinya sadar bahwa kejadian ini merupakan kesalahan pribadi, saat itu pula rasa kesepian dan depresi mulai mencengkram dirinya. Saat itu juga dirinya enggan bersentuhan dengan orang lain, dengan alasan takut mencelakakan yang disentuh. Saat itu dirinya benar-benar merasa kotor dan nista serta tidak berharga lagi.
  "Keadaan itu diperparah lagi dengan sipat aku yang pemalu, yang menjadi kesulitan para dokter untuk mengenalku, untung saja dokternya sabar banget dalam menjelaskan tetang pengobatan "cetusnya.
   Sebenarnya masih kata Jono, dirinya merasa malas untuk pergi ke grup pendukukug untuk mengobati penyakit yang dideritanya itu. Dirinya juga mengaku saat itu dirinya enggan betemu dengan orang yang mengalami hal sama yakni penderita HIV/AIDS . Alasannya sih karena dirinya memiliki sipat malu dan tidak mau mendengar cerita sedih mereka, karena kalau mendengarkan cerita seperti itu dirinya suka berkaca-kaca.
  "Lama kelamaan aku ahirnya bisa menerima kenyataan ini, pasalnya aku sadar betul bahwa anggapan ini bisa menjadi juru penolong. Mulanya aku menganggap musuh pada virus yang telah bercokol dalam tubuhku, hingga suasana perang dalam hatiku muncul untuk bertekad membasmi virus ini, "terangnya.
  Seiring waktu dirinya mulai sadar bahwa virus ini bukan lah musuh yang bisa dimatikan, dengan keadaan itulah dirinya bisa terbiasa menerima penyakit. Rasa itu jelas membuat dirinya kembali mencitai dirinya sendiri dengan menata hidup baru yang indah tanpa banyang-banyang keraguan.
  "Kurubah cara pandangku untuk membunuh virus-virus itu dengan cara yang lebih bersahabat, dengan membayangkan seolah obat-obatan itulah yang membersihkan virus-virus,"terangnya.
  Berjalan dengan waktu yang dirinya jalani ternyata membuat dirinya memiliki banyak teman yang mengerti dan menerima keadaanku seperti ini. HIV/AIDS yang ada di tubuh dirinya telah mengajarkan banyak hal-hal yang bermanfaat. Dokter menerangkan bagaimana cara-cara meminum obat yang baik dan berprilaku hidup sehat, dirinya mulai menata hidup dengan menjaga diri sendiri serta menjaga hubungan seks yang aman.
  "Aku bahagia sekali karena cukup kuat untuk bertahan, bukan hanya terhadap HIV saja, namun kekuatan dalam menghadapi diskriminasi dan suasana  ketakutan yang ditimbulkan diri sendiri, "terangnya.
  Bahkan menurutnya, HIV/AIDS bukan musuh, namun ketidakperdulian, diskriminasi dan ketakutan itulah musuh utama. HIV/AIDS telah menimbulkan keinginan dirinya untuk mengurangi diskriminasi dengan cara menceritakan pengalaman hidup kepada orang lain.
  "Aku ingin memberikan sesuatu yang berguna bagi komunitas dengan meningkatkan pengertian akan HIV/AIDS serta perbedaan seksualitas. Dan sekarang aku jatuh saat ini cinta lagi lho, meski belum pasti sih dia bakal jadi pacarku, soalnya masih tahap awal, "tukasnya.

Rabu, 12 Juni 2013

Lapang Merdeka Harus Merdeka /Pedagang Ada, Warga Tetap Bisa Olahraga

Blusukan : walikota dan Wakil Walikota Blusukan ke LM
CIKOLE - Lapangan Merdeka (Lapdek) yang belakangan ini sudah beralih fungsi ketika hari minggu menjadi pasar tumpah, menjadi perhatian Walikota dan Wakil Walikota Sukabumi yang baru. Kemarin, sekitar pukul 06.00 WIB, M Muraz dan Achmad Fahmi blusukan ke Lapdek untuk meninjau situasi Lapangan Merdeka pada minggu pagi. Dalam blusukannya, Muraz-Fahmi menyapa sekitar 700 pedagang di Lapdek.
 Pantauan Radar Sukabumi, saat dua pimpinan daerah ini blusukan, kondisi Lapdek jauh berbeda dengan minggu-minggu sebelumnya. Lintasan lari dan trotoar yang biasanya digunakan berjualan, kemarin, nampak lengang. Tak satu pun pedagang berjualan di kawasan itu. Pedagang hanya berjualan di dalam lapangan dan pinggir trotoar bagian dalam.
 Dari kunjungannya itu, setidaknya ada empat poin yang menjadi catatan penting Walikota dan Wakil Walikota Sukabumi. Pertama, soal pedagang yang terlihat mulai lebih tertib, arena olahraga (lintasan lari dan senam) sudah steril dari pedagang. Kedua, kebersihan yang belum baik. Setiap pedagang, khususnya pedagang makanan harusnya memiliki wadah (tempat) menampung sampah mereka.
 Ketiga, pungutan kepada para pedagang rata-rata Rp10 ribu tanpa melihat besar kecilnya lapak pedagang. Terakhir, sebagai kesimpulan, Pemkot Sukabumi ingin menata dan merapikan Lapangan Merdeka, bukan menggusur para pedagang. "Karena tujuan itulah sehingga kami melihat langsung Lapdek hari ini. Sebagai pertimbangan, bagaimana kebijakan yang akan kami ambil nantinya," jelas M Muraz, di sela-sela blusukannya di Lapdek, kemarin.
 Lanjut Muraz, penataan ke depan memang akan dipikirkan, seperti yang terlihat sekarang para pedagang asal mendirikan lapak sehingga tambang yang digunakan diikat kemana saja, sehingga terlihat tidak beraturan. Dan lagi pedagang Lapdek harus punya identitas yang jelas supaya tiap harinya pedagang tidak terus bertambah. "Ini merupakan salah satu hal yang mesti ditata agar pedagang lebih tertib," bebernya.
 Menurutnya, identitas Lapangan Merdeka harus tetap menonjol, meski setiap Minggu digunakan pedagang untuk mengais rezeki. Yaitu dengan cara arena olahraga atau trek lari tidak digunakan pedagang untuk berjualan. Dengan demikian maka masyarakat yang akan melakukan olahraga tidak akan terganggu. "Kami kerap menerima keluhan dari masyarakat yang ingin olahraga, susah karena lintasan lari dipenuhi lapak pedangan. Kami rasa ini harus ada penanganan lagi guna 'memerdekakan' Lapangan Merdeka," jelasnya.
 Ditambahkan Wakil Walikota Sukabumi, Achmad Fahmi, terkait 'pungutan liar' yang selama ini dibayar para pedagang akan ditertibkan dengan terlebih dulu, Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan melakukan pertemuan dengan pedagang dan ormas yang selama ini 'mengelola' Lapdek. "Seperti apa solusinya, nanti kita ketahui dari hasil pertemuan itu. Yang pasti kami menjamin tidak ada pihak yang dirugikan, baik pedagang, ormas, termasuk warga yang ingin berolahraga," tandas Fahmi.(hnd/e)

Perokok Harus Disayangi

Sosialisasi : Para relawan sosialisasi bahaya meroko
CIKOLE - Memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang jatuh pada 31 Mei, kemarin, Pemkot Sukabumi dalam hal ini Dinas Kesehatan (Dinkes) melakukan sosialisasi peraturan Walikota no.30 2007  tentang kendaraan umun yang bersih, higienis dan bebas asap rokok dan Surat Keputusan (SK) Walikota Sukabumi No.55 2006 tentang Kawasan bebas asap rokok di tempat kerja dan lingkungan pemerintah Kota Sukabumi.
 Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi Rita Neni, pada peringatan hari anti merokok ini, dinkes sosialisasi kepada masyarakat agar tidak merokok di sembarang tempat seperti fasilitas pelayanan kesehatan, di tempat proses belajar mengajar, tempat ibadah, tempat anak bermain, angkutan umum, tempat kerja dan tempat-tempat umum lainnya.
 Semua itu diharapkan agar perokok merokok di tempat yang ditentukan karena setiap orang mempuyai hak untuk menghirup udara segar. "Jangan sampai karena egoisme perokok, hak orang-orang yang tidak merokok terampas," ujar Kadinkes Kota Sukabumi Rita Neni kepada Radar Sukabumi.
 Rita berharap kesadaran untuk tidak merokok di ruang publik bukan hanya dilakukan pada Hari Tanpa Tembakau, tapi setiap hari. "Tidak merokok di tempat umum itu lebih baik, karena hak bagi yang menghirup udara segar tidak dilanggar," ujarnya.
 Disinggung tentang banyaknya perokok pelajar Rita menjelaskan ada beberapa faktor pelajar merokok di antaranya faktor lingkungan dan pandangan yang merokok dipandang keren atau stylish. "Kami tidak membenci perokok tapi menyayangi, dengan sosialisasi ini jelas kami sayang perokok," jelasnya.
 Rita menambahkan dengan memberikan pengetahuan tentang bahaya rokok kepada perokok di bawah umur makan sudah barang tentu itu merupakan rasa sayang Dinkes kepada generasi muda. "Bayangkan bila cita-cita pelajar ingin jadi dokter atau tentara tidak jadi gara-gara penyakit dari rokok itu berakibat patal, makanya kami sangat sayang perokok dengan menghimbau agar secepatnya berhenti merokok. Tidak mungkin sekaligus, tapi pelan-pelan saja," tukasnya.(hnd/d)

Sabtu, 25 Mei 2013

Tiga Kecamatan Diserang Chikungunya *Sudah Sebulan, Dinkes Belum Fogging

Wakil Walikota : menengok pasien yang terkena peyakit

CIKOLE - Sudah hampir sebulan, penyakit Chikungunya menyerang warga Kota Sukabumi. Silih berganti menyerang warga yang ada di Kecamatan Cikole, Lembursitu dan Baros. Tidak ada data pasti total penderita yang kabarnya mencapai puluhan orang ini, namun informasi yang diperoleh Radar Sukabumi menyebutkan, jumlah warga yang terkena Chikungunya tersebar di tiga kecamatan itu.
 Khusus di Cikole, jumlah penderita Chikungunya sebanyak 30 orang. "Dari akhir April hingga pertengahan Mei tercatat 30 warga terkena Chikungunya. Sebagian penderita penyakit ini sudah sembuh, sementara yang sakit masih ada beberapa orang lagi," ujar Kepala Puskesmas Sukabumi, Kecamatan Cikole, Iyen, kepada Radar Sukabumi, kemarin.
 Sayangnya, meski penyakit ini sudah menyerang warga sejak sebulan terakhir, namun Dinas Kesehatan belum mengambil sikap. Penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti dibiarkan merajalela di tiga kecamatan itu. Iyen mengaku sudah melaporkan ke dinkes, namun Ia mendapat jawaban kalau Senin (27/5) mendatang baru dilakukan fogging atau pengasapan.
 Wakil Walikota Sukabumi, Achmad Fahmi yang mendapat kabar tentang serangan Chikungunya ini berkunjung ke rumah pasien, di RW 06, Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cikole, Rabu sore kemarin. Ia pun menginstruksikan agar pengasapan dipercepat. "Fogging harus dipercepat," terang Fahmi saat mengunjungi lokasi penderita Chikungunya.
 Hal ini sesuai dengan permintaan warga yang resah dengan penyebaran Chikungunya. Ditambahkan Fahmi, masyarakat juga harus meningkatkan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Upaya ini dinilai lebih efektif untuk menekan penyebaran penyakit ini.
 Sementara itu, Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Sukabumi, Irma mengatakan, peralihan musim dari hujan ke kemarau berpengaruh besar pada penyebaran Chikungunya. Oleh karena itu masyarakat diminta untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan. Dalam waktu dekat ini, tambah Irma, Dinkes akan melakukan sosialisasi ke masyarakat. Targetnya, kesadaran warga untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
 Di tempat yang sama salah seorang warga penderita Chikungunya di Kelurahan Cisarua, Wawan Setiawan (43) mengatakan, dia sudah mengalami gejala Chikungunya sejak Senin (20/5) lalu. Di keluarganya, selain Wawan putranya pun, Faisal (13) menderita penyakit yang serupa. "Saya tidak bisa bangun dan sakit pada persendian," terang Wawan. Sementara anaknya hingga kini masih mengalami demam.(hnd/t)