Rabu, 12 Juni 2013

Lapang Merdeka Harus Merdeka /Pedagang Ada, Warga Tetap Bisa Olahraga

Blusukan : walikota dan Wakil Walikota Blusukan ke LM
CIKOLE - Lapangan Merdeka (Lapdek) yang belakangan ini sudah beralih fungsi ketika hari minggu menjadi pasar tumpah, menjadi perhatian Walikota dan Wakil Walikota Sukabumi yang baru. Kemarin, sekitar pukul 06.00 WIB, M Muraz dan Achmad Fahmi blusukan ke Lapdek untuk meninjau situasi Lapangan Merdeka pada minggu pagi. Dalam blusukannya, Muraz-Fahmi menyapa sekitar 700 pedagang di Lapdek.
 Pantauan Radar Sukabumi, saat dua pimpinan daerah ini blusukan, kondisi Lapdek jauh berbeda dengan minggu-minggu sebelumnya. Lintasan lari dan trotoar yang biasanya digunakan berjualan, kemarin, nampak lengang. Tak satu pun pedagang berjualan di kawasan itu. Pedagang hanya berjualan di dalam lapangan dan pinggir trotoar bagian dalam.
 Dari kunjungannya itu, setidaknya ada empat poin yang menjadi catatan penting Walikota dan Wakil Walikota Sukabumi. Pertama, soal pedagang yang terlihat mulai lebih tertib, arena olahraga (lintasan lari dan senam) sudah steril dari pedagang. Kedua, kebersihan yang belum baik. Setiap pedagang, khususnya pedagang makanan harusnya memiliki wadah (tempat) menampung sampah mereka.
 Ketiga, pungutan kepada para pedagang rata-rata Rp10 ribu tanpa melihat besar kecilnya lapak pedagang. Terakhir, sebagai kesimpulan, Pemkot Sukabumi ingin menata dan merapikan Lapangan Merdeka, bukan menggusur para pedagang. "Karena tujuan itulah sehingga kami melihat langsung Lapdek hari ini. Sebagai pertimbangan, bagaimana kebijakan yang akan kami ambil nantinya," jelas M Muraz, di sela-sela blusukannya di Lapdek, kemarin.
 Lanjut Muraz, penataan ke depan memang akan dipikirkan, seperti yang terlihat sekarang para pedagang asal mendirikan lapak sehingga tambang yang digunakan diikat kemana saja, sehingga terlihat tidak beraturan. Dan lagi pedagang Lapdek harus punya identitas yang jelas supaya tiap harinya pedagang tidak terus bertambah. "Ini merupakan salah satu hal yang mesti ditata agar pedagang lebih tertib," bebernya.
 Menurutnya, identitas Lapangan Merdeka harus tetap menonjol, meski setiap Minggu digunakan pedagang untuk mengais rezeki. Yaitu dengan cara arena olahraga atau trek lari tidak digunakan pedagang untuk berjualan. Dengan demikian maka masyarakat yang akan melakukan olahraga tidak akan terganggu. "Kami kerap menerima keluhan dari masyarakat yang ingin olahraga, susah karena lintasan lari dipenuhi lapak pedangan. Kami rasa ini harus ada penanganan lagi guna 'memerdekakan' Lapangan Merdeka," jelasnya.
 Ditambahkan Wakil Walikota Sukabumi, Achmad Fahmi, terkait 'pungutan liar' yang selama ini dibayar para pedagang akan ditertibkan dengan terlebih dulu, Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan melakukan pertemuan dengan pedagang dan ormas yang selama ini 'mengelola' Lapdek. "Seperti apa solusinya, nanti kita ketahui dari hasil pertemuan itu. Yang pasti kami menjamin tidak ada pihak yang dirugikan, baik pedagang, ormas, termasuk warga yang ingin berolahraga," tandas Fahmi.(hnd/e)

Perokok Harus Disayangi

Sosialisasi : Para relawan sosialisasi bahaya meroko
CIKOLE - Memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang jatuh pada 31 Mei, kemarin, Pemkot Sukabumi dalam hal ini Dinas Kesehatan (Dinkes) melakukan sosialisasi peraturan Walikota no.30 2007  tentang kendaraan umun yang bersih, higienis dan bebas asap rokok dan Surat Keputusan (SK) Walikota Sukabumi No.55 2006 tentang Kawasan bebas asap rokok di tempat kerja dan lingkungan pemerintah Kota Sukabumi.
 Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi Rita Neni, pada peringatan hari anti merokok ini, dinkes sosialisasi kepada masyarakat agar tidak merokok di sembarang tempat seperti fasilitas pelayanan kesehatan, di tempat proses belajar mengajar, tempat ibadah, tempat anak bermain, angkutan umum, tempat kerja dan tempat-tempat umum lainnya.
 Semua itu diharapkan agar perokok merokok di tempat yang ditentukan karena setiap orang mempuyai hak untuk menghirup udara segar. "Jangan sampai karena egoisme perokok, hak orang-orang yang tidak merokok terampas," ujar Kadinkes Kota Sukabumi Rita Neni kepada Radar Sukabumi.
 Rita berharap kesadaran untuk tidak merokok di ruang publik bukan hanya dilakukan pada Hari Tanpa Tembakau, tapi setiap hari. "Tidak merokok di tempat umum itu lebih baik, karena hak bagi yang menghirup udara segar tidak dilanggar," ujarnya.
 Disinggung tentang banyaknya perokok pelajar Rita menjelaskan ada beberapa faktor pelajar merokok di antaranya faktor lingkungan dan pandangan yang merokok dipandang keren atau stylish. "Kami tidak membenci perokok tapi menyayangi, dengan sosialisasi ini jelas kami sayang perokok," jelasnya.
 Rita menambahkan dengan memberikan pengetahuan tentang bahaya rokok kepada perokok di bawah umur makan sudah barang tentu itu merupakan rasa sayang Dinkes kepada generasi muda. "Bayangkan bila cita-cita pelajar ingin jadi dokter atau tentara tidak jadi gara-gara penyakit dari rokok itu berakibat patal, makanya kami sangat sayang perokok dengan menghimbau agar secepatnya berhenti merokok. Tidak mungkin sekaligus, tapi pelan-pelan saja," tukasnya.(hnd/d)